“BLENDED
LEARNING” CARA BELAJAR KAUM asn
MILENIAL
Oleh: Wahyu Eko Handayani, S.Pd., M.Pd
Apa Itu Blended Learning?
Blended
learning adalah
sebuah teknik atau metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka
dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara training/pelatihan
konvensional di mana widyaiswara/narasumber
dan peserta pelatihan bertemu langsung dengan pelatihan online yang bisa
diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
Bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan
virtual ( antara widyaiswara dengan peserta. Virtual Learning adalah salah
satu system pendidikan yang bertujuan untuk mengevisiensikan dan
mengefektifikan metode pembelajaran dengan menggunakan internet. Jarak dan
waktu tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran dalam konsep Virtual
Learning ini. Mereka mungkin saja berada di dua dunia
berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab. Semuanya
dilakukan secara real time. Sebagian menyebutnya dengan long distance instructed learning, yang
lain menyebutnya virtual
instructor led training – training yang dipandu oleh instruktur
betulan secara virtual karena antara peserta dan widyaiswara berada di tempat
yang berbeda. Apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT
lewat media video conference, phone conference, atau chatting
online.
Sebuah pertanyaan menarik dan
mengusik pemikiran kita. Untuk menjawabnya, saya mencoba menelusuri puluhan
artikel dan jurnal ilmiah berkaitan topik ini. Dari studi yang ada, kendala
terbesar e-learning adalah interaktivitas
langsung antara pembelajar dengan instrukturnya. Bagaimanapun belajar
merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari
pengajar dan sebaliknya sang pengajar juga memerlukan feedback dari pesertanya.
Dengan cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa
program e-learning di banyak perusahaan tidak selalu mendapat hasil memuaskan.
Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa
belajar kapan saja dan di mana saja. Bisa dari kantor, rumah, hotel, maupun di
kafe asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat
penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Dalam analisa
sederhana saya, orang butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti
yang kita rasakan dalam pelatihan konvensional di ruang kelas.
Kendala lanjutan dari
e-learning adalah menciptakan kesan
kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam
belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu
termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak
bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif,
melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Meskipun buat
seorang pembelajar sejati itu bukanlah alasan. Namun fakta menunjukkan, orang
tidak bisa bertahan lama belajar di depan komputer.
Blended Learning, Trend Belajar bagi ASN di Masa
Depan
Era revolusi industry 4.0 trend belajar dengan blended learning akan semakin populer di dunia, termasuk Indonesia.
Hal ini didukung oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pergeseran
bagaimana orang mencari informasi. Coba tanyakan diri Anda sebagai ASN yang
terlahr di zaman milenial apa yang dilakukan ketika ingin mengetahui informasi
tertentu? Anda akan menghidupkan komputer dan bertanya kepada Paman Google. Atau jika Anda
punya handphone mutakhir, hanya dengan beberapa tombol dan
sentuhan ringan, informasi yang dicari sudah ada dalam genggaman. Tidak hanya
itu, infrastruktur IT juga semakin baik. Kini orang bisa menonton video
langsung dari sebuah handphone tanpa terputus.
Belajar seperti ini dilakukan
lewat diskusi live menggunakan audio-conferencing,
interactive video conference, real-time chatting console, dan berbagai
variasinya. Materi pembelajaran bisa didownload dan dipelajari terlebih dahulu
berupa teks, audio maupun video. Kita bisa bertanya langsung dengan instruktur
pemberi materi, melakukan konsultasi atas sebuah ide dan pemahaman, serta
membangun kedekatan personal. Meskipun tak pernah bertatap muka, kita dan
peserta lainnya merasa memiliki kedekatan langsung dengan instrukturnya. Ini
bisa terjadi karena kami berinteraksi langsung, walau hanya secara virtual
dihubungkan sinyal-sinyal komunikasi. Satu sama lain memberi dukungan, feedback
dan saran untuk kemajuan masing-masing orang. Pembelajaran blended learning
dapat mengeser prinsip pembelajaran dari teacher centered menuju student
centered yang dinamis.
Komentar
Posting Komentar