HEUTAGOGI SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PELATIHAN BAGI ASN DI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Oleh : Wahyu Eko Handayani, S.Pd., M.Pd
Widyaiswara ahli Madya
BPSDM Kalimantan Utara
Keberhasilan
sebuah bangsa dan negara tidak bisa lepas dari sumber daya manusia yang mereka
miliki, karena itu peran sentral kemajuan sebuah bangsa tidak terlepas dari
pola pendidikan dan pelatihan yang ada di negara tersebut, karena pendidikan
merupakan pondasi awal sebuah bangsa untuk menjadi bangsa yang besar. Dibalik
kemajuan sebuah pendidikan terdapat peranan sentral para pendidik yang terdiri
dari guru, dosen dan widyaiswara mereka inilah yang memiliki peranan sangat
menetukan karena berhadapan langsung dengan para generasi milenial terbaik
bangsa.
Proses belajar
mengajar yang terjadi dalam semua pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dengan tenaga pengajar harus menggunakan pendekatan praktek pembelajaran antara
lain pedagogi, andragogi dan heutagogi. Selama ini pembelajaran pedagogi dan
andragogi sudah sukses di terapkan dalam kegiatan pembelajaran,seiring dengan
hal tersbut muncullah pendekatan heutagogi , dimana menurut Edi Abdullah
“secara umum heutagogi bisa dikatakan sebuah pendekatan praktek pembelajaran
dimana peserta pelatihan belajar secra mandiri, berbagai konten pembelajaran
sudah disiapkan terlebih dahulu baik dalam bentuk video maupun dalam bentuk
informasi elektronik dan dokumen elektronik”
Di
bidang pendidikan heutgogi (heutagogy),
konsep yang pertama kali diciptakan oleh Stewart dari Southern Cross University, merupakan
studi tentang belajar yang ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri. Gagasan
ini adala perluasan dari reinterpretasi andragogi, dan mungkin pembedan itu
merupakan “kesalahan” yang sama ketika orang secara kasat mata berusaha
membedakan antara pedagogi dan andragogi. Namun, ada beberapa perbedaan antara
dua yang menandai salah satu dari yang lain.
Titik
tekan heutagogi khusus
pada perbaikan belajar cara belajar, dua keluk belajar (double loop learning),
kesempatan belajar universal proses non-linear, dan arah sejati diri pelajar.
Jika andragogi berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar,
heutagogi juga mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan
keterampilan, sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri, mereka
belajar cara belajar dan juga belajar mata pelajaran yang diberikan itu
sendiri. Pada andragogi fokus pendidikan bersifat terstruktur, sedangkan dalam
heutagogi semua konteks pembelajaran dianggap mengkombinasikan dimensi formal
dan informal.
Belajar
Benar-benar Belajar
Seperti telah
diuraikan sebelumnya, Malcom S. Knowles (1970) telah menyarankan perubahan
penting dalam cara di mana pengalaman pendidikan untuk orang dewasa harus
dirancang. Pendekatan itu dikenal sebagai andragogi yang dibedakan secara
kontras dan cukup tajam dengan pedagogi. Menurut Stewart Hase dan Chris Kenyon,
permasalahannya, baik pada pedagogi maupun andragogi, tidak cukup jelas apakah
siswa atau peserta didik itu benar-benar belajar. Konsep diri yang menentukan
seseorang benar-benar belajar itu disebut heutagogi. Heutagogi dibangun di atas
teori humanistic dan pendekatan belajar mulai digagas pada 1950-an. Ini
menunjukkan bahwa heutagogi sesuai dengan kebutuhan peserta didik di abad ke
dua puluh satu, khususnya dalam pengembangan kemampuan individu. Sejumlah
implikasi dari heutagogi untuk pendidikan, termasuk pendidikan
tinggi dan kejuruan menjadi pembahasan yang cukup intensif.
Pendidikan
secara tradisional nyaris selalu dilihat sebagai hubungan pedagogis antara guru
dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang pelajar harus tahu dan
bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang harus diajarkan. Hasil penelitian
puluhan tahun terakhir memang telah cukup untuk melahirkan sebuah revolusi
dalam pendidikan mengenai bagaimana orang belajar dan hasil dari itu membuat
guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran dan hasil yang
diperoleh. Sementara konsep andragogi (Knowles, 1970) memberikan pendekatan
yang berguna untuk meningkatkan metodologi pendidikan, dan memang telah
diterima hamper secara universal, meski masih memiliki konotasi dari hubugan
guru dengan peserta didik.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat perubahan yang cepat dalam masyarakat
yang disebut sebagai era ledakan informasi, bahwa kita sekarang harus melihat
sebuah pendekatan pendidikan di mana peserta didik sendirilah yang menentukan
apa dan bagaimana belajar itu harus dilakukan. Heutagogi, karenanya merupakan
suatu studi tentang pembelajaran yang ditentukan secara mandiri oleh pembelajaran,
dapat dilihat sebagai suatu perkembangan alamiah dari metodologi pendidikn
sebelumnya – terutama dari pengembangan kemampuan – dan mungkin menyediakan
pendekatan optimal untuk belajar di abad ke dua puluh satu.
2. Revolusi
Berpikir
Kini kita tidak
perlu lagi berdebat pada pedagogi pada satu sisi dan andragogi pada sisi lain,
melainkan bagaimana melakukan revolusi berpikir untuk mengubah dunia di mana
kita menjalani kehidupan. Kita tengah hidup pada sebuah dunia di mana informasi
murah dan mudah diakses, perubahan begitu cepat sehingga metode tradisional
untuk pendidikan dan pelatihan sama sekali tidak memadai lagi; kepatutan
mempersiapkan diri untuk hidup di masyarakat modern dan di tempat kerja
berbaris disiplin ilmu pengetahuan; belajar semakin selaras dengan apa yang
kita lakukan; struktur organisasi modern memerlukan praktik pembelajaran yang
fleksibel; dan ada kebutuhan untuk percepatan belajar. Sebagai respon terhadap
lingkungan ini muncul beberapa pendekatan inovatif yang diharapkan mampu mengatasi problema pedagogi dan andragogi.
Manusia
esensinya memiliki semangat belajar. Berkaitan dengan ini Rogers (1969)
mengemukakan bahwa orang ingin belajar dan memiliki kecenderungan alami untuk
melakukannya sepanjang hidup mereka. Bahkan Rogers berpendapat kuat bahwa
pembelajaran yang berpusat pada guru telah terlalu lama berlangsung. Dia
menekankan pembelajara berdasarkan pendekatan yang berpusat pada siswa dengan
lima hipotesis kunci.
a. Guru
tidak bisa mengajar orang lain secara langsung, mereka hanya dapat
memfasilitasi pembelajaran.
b. Orang-orang
belajar secara signifikan hanya untuk hal-hal yang mereka anggap melibatkan
pemeliharaan atau peningkatan struktur diri.
c. Pengalaman
yang bila diasimilasikan akan melibatkan perubahan dalam organisasi diri
cenderung dilawan melalui penolakan atau distori simbolisasi, serta struktur
dan organisasi diri tampaknya menjadi lebih kaku di bawah ancaman.
d. Pengalaman
yang dianggap tidak konsisten dengan diri sendiri hanya dapat diasimilasikan
apabila organisasi diri saat ini dalam suasana santai dan dengan cakupan yang
diperluas.
e. System
pendidikan yang paling efektif meningkatkan hasil belajar secara signifikan
adalah salah satu yang mengancam diri, karena belajar direduksi untuk mencapai
tujuan yang minimum.
3. Kelukan
Ganda
Sebuah
kontribusi besar bagi pergeseran paradigm dari berpusat pada guru ke
paradigm heutagogi dibuat
oleh Argyris dan Schon (1996) dalam konseptualiasi mereka mengenal kelukan atau
simpulan belajar ganda (Double loop learning). Belajar kelukan ganda melibatkan
kita menantang penggunaan teori-teori serta nilai-nilai dan asumsi kita, bukan
sekadar bereaksi terhadap masalah dengan strategi yag ditemukan pada kelukan
tunggal belajar. Dalam menggambarkan pelajar yang berhasil dalam belajar Long
(1990) menyarankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif di mana
individu-individu menerima pengalaman atau memperoleh umpan balik dan melakukan
evaluasi melalui pengalaman hidup.
Sebagai
konsep baru dalam belajar, heutagogi menawarkan
tentang bagaimana orang belajar, menjadi kreatif, memiliki efektivitas diri
tingkat tinggi, dapat menerapkan kompetensi dalam situasi kehidupan, dan dapat
bekerja secara baik dengan orang lain. Dibandingkan dengan kompetensi yang
terdiri dari pengetahuan dan keterampilan, kemampuan adalah atribut holistic.
Mengembangkan orang agar menjadi mampu, membutuhkan pendekatan inovatif untuk
belajar secara konsisten dengan konsep heutagogi, yaitu perlu berbasis kerja.
Belajar dan kontrak belajar adalah dua contoh dari proses yang dirancang untuk
memungkinkan orang menjadi mampu. Fokus proses ini pada “belajar bagaimana
belajar” dan “belajar untuk apa”, bukan berpusat pada guru. Membantu
orang-orang untuk menjadi “mampu” memerlukan pendekatan baru pada pengelolaan belajar.
Beberapa
penulis telah meninggalkan tentang bagaimana substansi belajar dipahami sampai
terakhir, karena penting untuk membuat perbedaan antara “belajar yang
diarahkan” serta “belajar mandiri dan heutagogi”. Bukan heutagogi yang
merupakan metamorphosis diri andragogi, melainkan merupaka perpanjangan konsep
yang menggabungkan “pembelajaran yang diarahkan” dengan “pembeljaran mandiri”,
berbasis pada potensi dan kesadaran sendiri. Gagasan bahwa pendekatan pedagogis
dalam belajar yang mungkin tidak sesuai untuk orang dewasa, merupakan lompatan
penting. Andragogi atau pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa segera
menjadi bagian dari kosa kata yang serata dengan kata pendidik, pelatih, atau
akademisi.
4. Adaptasi
Manusia
Pendekatan heutagogis untuk pendidikan dan
pelatihan menekankan pada sifat manusiawi sumber daya manusia, nilai diri,
kemampuan, serta mengakui sistem-sistem alam antarmuka lingkungan dan kegiatan
belajar sebagai lawan dari mengajar. Heutagogi membahas masalah-masalah
adaptasi manusia dalam rangka memasuki milenium baru. Model ini menantang cara
berpikir lebih dari pada proses ketimbang isi, memungkinkan pembelajaraan lebih
memahami dunia mereka daripada dunia gurunya, memaksa guru pindah ke dunia
pembelajar, serta memungkinkan guru untuk melihat melampaui disiplin mereka
sendiri dan teori-teori yng favorit.
Heutogogi menempatkan pelajar benar-benar bertanggung jawab
atas apa yang mereka pelajari dan kapan mereka belajar. Heutogogi menyediakan
kerangka kerja bagi pembelajaran yang menempatkan orang dewasa yang bertanggung
jawab untuk lebih maju. Heutogogi adalah studi tentang belajar menarik diri dan
bersama-sama dengan beberapa ide yang disajikan oleh berbagai pendekatan
belajar. Ini juga merupakan upaya untuk menantang beberapa ide tentang mengajar
dan belajar yang masih berlaku berpusat pada kebutuhan siswa dan guru. Dalam
hal ini heutogogi melihat masa depan manusia yang tahu cara belajar yang akan
memberikan keterampilan dasar dan kecepatan inovasi, serta perubahan struktur masyarakat
dan tempat kerja.
Komentar
Posting Komentar