SERVANT LEADERSHIP,
SEBAGAI
GAYA KEPEMIMPINAN MASA KINI
OLEH: WAHYU EKO HANDAYANI, S.Pd., M.Pd
Manusia
diciptakan dengan hakekat sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia tentunya melakukan komunikasi dan saling membantu antara satu dengan
yang lainnya. Salah satu perwujudan dari adanya komunikasi dan fungsi untuk
saling membantu tersebut dapat dilihat dari terbentuknya suatu kelompok,
institusi, maupun yang disebut sebagai organisasi. Di dalam sebuah organisasi
pada umumnya, terdapat fungsi management, yaitu: planning, organization, actuating,
dan controlling.
Apabila
salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi atau tidak berjalan dengan
semestinya, dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi tersebut. Untuk
melaksanakan fungsi management tersebut diperlukan peran dari seorang pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki wewenang untuk menggerakan
suatu organisasi maupun institusi.
Kemampuan seorang pemimpin dalam memecahkan suatu masalah,
menjadi contoh sekaligus penggerak bagi orang-orang yang dipimpinnya sangatlah
diperlukan. Kemampuan inilah yang biasanya disebut sebagai kepemimpinan (leadership).
Setiap individu yang telah maupun akan dipilih sebagai pemimpin tentunya
memiliki karakteristik kepemimpinannya masing-masing sesuai dengan teori yang
telah ada.
Konsep
kepemimpinan yang melayani adalah mengubah pendekatan kepemimpinan secara
evolusioner dan pribadi. Konsep ini bukanlah suatu perbaikan serba cepat atas
persoalan-persoalan yang dihadapi pemimpin. Kepemimpinan pelayan menggunakan
pendekatan mendasar dan bersifat jangka panjang, yang pada akhirnya akan
memberikan perubahan secara menyeluruh pada kehidupan personal dan profesional
pegawai (Astohar, 2012).
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang lain yang umumnya melalui
motivasi untuk bekerja sesuai dengan tujuan dan sasaran yang berlaku. Sebagai
manajer atau pimpinan sudah umum diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang
dilakukan akan sangat mempengaruhi bagaimana perilaku orang-orang yang
dipimpinnya tersebut bekerja untuk sampai menuju goals atau tujuan-tujuan yang
sudah dibuat. Menjadi pemimpin “zaman now” sangat berbeda dengan memimpin pada
era tahun 1970 -2000 an. Seorang pemimpin tidak hanya menggunakan otoritas
(power) yang dimiliki, tetapi juga menggunakan pengaruh untuk menggerakkan
orang lain. Dalam menjalankan perannya, seorang pemimpin akan berhadapan dengan
segala macam karakter, perilaku dan tingkat kematangan kepribadian bawahannya.
Servant
leadership secara simpel
adalah kepemimpinan yang melayani. Dimana fokus dari tipe kepemimpinan ini
adalah tentang orang-orang yang dipimpinnya/bawahannya, kurang lebih ada 3
fokus yang ditekankan dalam gaya kepemimpinan masa kini 1). Shares Power.
Seorang pemimpin tidak lagi “pelit” dengan ilmu yang dia
punya. Berbagi ilmu yang dia punya akan membuat suatu organisasi bertambah
kuat. 2. Mendahulukan kebutuhan para pengikut. Pemimpin yang melayani
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para bawahannya dan mendahulukan kebutuhan
tersebut. Dengan memenuhi kebutuhan para pengikut, kerja akan lebih optimal
dalam mencapai suatu tujuan. Kebutuhan dasar seperti lingkungan kerja yang
baik, porsi kerja yang cukup, feedback material maupun
emosional harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memulai untuk mencapai suatu
tujuan. 3. Membantu para bawahan/staf untuk berkembang. Suatu poros organisasi/perusahaan sebenarnya bukan terletak pada seorang
pemimpin. Tetapi terletak pada pengikutnya. Pemimpin hanya satu, tetapi
pengikut ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Banyak yang dapat dilakukan oleh
para pengikut secara bersama-sama. Oleh karena itu, membantu para pengikut
untuk berkembang akan menghasilkan banyak hal luar biasa untuk kemajuan
organisasi
Menurut
Spears, pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami
seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya
secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang
lain. Selain mempengaruhi bagaimana perilaku bawahannya tersebut, pemimpin sudah
pastinya harus menguasai hal-hal seperti manajemen yang biasa dibutuhkan untuk
mengatasi kerumitan dengan cara membuat tata tertib dengan menyusun
rencana-rencana formal, merancang struktur organisasi yang ketat, setelah itu
memantau hasil yang sudah dilakukan dengan cara membandingkannya dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian gaya manajemen dalam hal memimpin
dan melayani dalam satu harmoni, dan terdapat interaksi dengan lingkungan.
Seseorang servant leader adalah
seseorang yang memiliki kuat untuk melayani dan memimpin, yang terpenting
adalah mampu menggabungkan keduanya untuk saling memperkuat secara positif (Trompenaars dan Voerman).
Sepuluh
karakteristik servant leadership (Spears,
2002:27-29) yaitu sebagai berikut: 1. Mendengarkan (listening). Servant leader mendengarkan dengan penuh
perhatian kepada orang lain, mengidentifikasi dan membantu memperjelas
keinginan kelompok, juga mendengarkan suara hati dirinya sendir; 2. Empati (empathy).
Pemimpin yang melayani adalah mereka yang berusaha memahami rekan kerja dan
mampu berempati dengan orang lain; 3. Penyembuhan (healing). Servant
leader mampu menciptakan penyembuhan emosional dan hubungan dirinya, atau
hubungan dengan orang lain, karena hubungan merupakan kekuatan untuk
transformasi dan integrasi; 4. Kesadaran (awareness). Kesadaran untuk
memahami isu-isu yang melibatkan etika, kekuasaan, dan nilai-nilai. Melihat
situasi dari posisi yang seimbang yang lebih terintegrasi; 5. Persuasi (persuasion).
Pemimpin yang melayani berusaha meyakinkan orang lain daripada memaksa
kepatuhan. Ini adalah satu hal yang paling membedakan antara model otoriter
tradisional dengan servant leadership; 6. Konseptualisasi (conceptualization).
Kemampuan melihat masalah dari perspektif konseptualisasi berarti berfikir
secara jangka panjang atau visioner dalam basis yang lebih luas; 7. Kejelian (foresight).
Jeli atau teliti dalam memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini,
dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa depan; 8. Keterbukaan (stewardship).
Menekankan keterbukaan dan persuasi untuk membangun kepercayaan dari orang
lain; 9. Komitmen untuk Pertumbuhan (commitment to the growth of
people). Tanggung jawab untuk melakukan usaha dalam meningkatkan
pertumbuhan profesional karyawan dan organisasi; 10. Membangun Komunitas (building community).
Mengidentifikasi cara untuk membangun komunitas.
Dengan demikian,
karakteristik utama yang membedakan antara kepemimpinan pelayan dengan model
kepemimpinan lainnya adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya
keinginan untuk memimpin. Selanjutnya mereka yang memiliki kualitas
kepemimpinan akan menjadi pemimpin. Sedangkan prioritas kepemimpinan pelayan
yang pertama dan utama adalah pada pengembangan bawahan yang menghasilkan nilai
tambah bagi pelanggan, lalu terciptanya kepuasan pelanggan yang diikuti dengan
keberhasilan yang berkesinambungan.
Komentar
Posting Komentar